Cerita Seks Ngentot Sama Janda Beranak Satu

Cerita Seks Dewasa Terbaru, Kisah Mesum Hot, Cerita Ngentot Seru, Cerita Sex Bergambar 2016, Cerita Panas Peningkat Birahi - Biasanya aku memanggil dengan kata Mirna dan kisah ini terjadi 2 tahun yang lalu, yaitu dengan teman kantorku dengan status janda dan beranak 1, aku diam diam tertarik dengannya walaupun dia sudah janda dalam pikiranku pastinya dia berpengalaman dalam urusan ranjang, wajahnya ayng biasa saja tubuhnya mungil ukuran payudaranya juga sedang sedang saja.

Cerita Seks Ngentot Sama Janda Beranak Satu

Cerita Seks Ngentot Sama Janda Beranak Satu



Sebagai seorang janda Mirna nampaknya sangat haus akan belaian seorang pria, dan tampaknya dia tertarik padaku. Hal ini kuketahui dari pandangannya padaku dan cara dia memperlakukanku. Terkadang ia memandangiku dan berusaha memegang tanganku bila sedang ngobrol berdua dengannya.

Sebagai seorang lelaki normal aku senang sekali dengan perlakuan seperti itu, makin hari dia makin dekat denganku, makan siang berdua, pegang2 tangan, bahkan setalah beberapa lama ia tak segan2 lagi untuk mencium pipiku…bahkan bibirku.
Suatu hari Mirna tidak masuk kerja karena sakit, dan karena urusan pekerjaan aku terpaksa harus menemuinya, hari itu aku menghubunginya untuk menyanyakan keadaannya dan bertanya apakah aku dapat bertemu dia karena ada beberapa laporan yang butuh tanda-tangannya.
Singkat cerita aku meluncur menuju rumahnya, dalam perjalanan aku membayangkan kira2 apa ya yang akan terjadi nanti? Aku mengetuk pintu rumahnya beberapa kali, kemudian pintu rumah terbuka dan muncul anak laki2 mengenakan seragam smp, ternyata ia anak Mirna.
“eh…om rony, masuk om…”, sapanya sambil mempersilahkan aku masuk. “mama ada de?…, tadi om sudah telepon dan janji ketemu mama…” tanyaku.
“ada, mama sedang di kamar, sebentar ya ade panggilkan…” jawabnya, kemudian ade melangkah menuju kamar Mirna dan berteriak “maa…., ada tamu tuh dari kantor…om rony…”
Pintu kamar terbuka dan muncullah sosok Mirna, wajahnya tampak berbeda dari yang sebelumnya kulihat, raut wajahnya sayu, dan perbedaanya adalah karena ia kini tidak mengenakan jilbab. Rambutnya pendek sehingga dengan jelas menampakkan lehernya yang jenjang.
Saat itu Mirna mengenakan kimono pink bermotif bunga.
“Ma, aku berangkat sekolah dulu ya…” ujar ade sambil mencium tangan Mirna “Ya…, hati2 di jalan ya de…, salam dulu tuh ke om rony” ujar Mirna.
Ade lalu menghampiriku dan berpamitan sambil mencium tanganku,
“Ade pergi dulu ya om…” “Ya…”, ujarku singkat. Lalu ia berlalu meninggalkan kami berdua, otakku mulai ngeres…wah kebetulan nih ade pergi sekolah, jadi aku bisa bermesraan dengan mamanya…, namun aku berusaha menahan diri dan berkata
“Gimana Mirna, udah enakan? maaf ya aku mengganggu, soalnya laporan ini harus masuk hari ini”

“Ya..lumayan deh, tapi masih sedikit pusing, mana berkasnya biar aku tandatangani”, jawab Mirna sambil berjalan kearahku.
Kami duduk berhadapan, kemudian ia mengambil berkas yang aku sodorkan lalu mulai menandatanganinya. Karena posisi Mirna agak menunduk, maka dengan jelas aku dapat melihat belahan dadanya dari sela2 kimononya yang longgar, dan ternyata Mirna tidak memakai bra sehingga puting buah dadanya tampak menonjol.
Aku menatapnya tanpa berkedip, ukurannya memang tidak besar tapi bentuknya terlihat masih kencang dan terasa sangat menantang untuk dijelajahi.
“Hey…, kamu lagi liatin apa?”, ujar Mirna mengagetkan aku. “nggak kok, aku sedang memperhatikan tanda tanganmu…” kilahku
“Tanda tangan atau payudaraku?” kata Mirna kemudian sambil tersenyum. “hehehe…, itu…, belahan payudaramu kelihatan sedikit…, sayang kalau aku melewatkannya…”, candaku.
“ah kamu…, nih sudah selesai…”, ujar Mirna sambil menyodorkan kembali berkas2 padaku. “ya udah aku langsung ke kantor lagi ya…” kataku sambil memasukan berkas2 tadi kedalam tas.
“Nanti dulu dong, kamu kan baru saja datang…, lagian aku mau minta tolong sedikit nih”… jawab Mirna sambil bergerak mendekatiku dan memegang tanganku. “Tolong pijitin aku ya ron, badanku pegal2…sakit smua.., yaa…sebentar aja..” pinta Mirna sambil menarik tanganku dan bergerak menuju kamarnya.
Bagai kerbau dicocok hidung aku menuruti saja kemauannya, sesampai di kamar dia menarik pinggangku sehingga posisi kami saling berhadap-hadapan dengan jarak yang sangat dekat, wajahnya berada sangat dekat dengan wajahku lalu kemudian bibirnya tiba2 mencium bibirku, tangannya memegang bagian belakang kepalaku dan menariknya seakan menyuruhku untuk terus mengulum bibirnya.Cerita Seks Dewasa Terbaru, Kisah Mesum Hot, Cerita Ngentot Seru, Cerita Sex Bergambar 2016, Cerita Panas Peningkat Birahi

» Read More...

Ngentot Dengan Tetangga Yang Masih Perawan

Cerita sex, cerita mesum, cerita ngentot, cerita pemerkosaan, Ngentot Dengan Tetangga Yang Masih Perawan - Sudah bertahun-tahun kegiatan ronda malam di lingkungan tempat tinggalku berjalan dengan baik. Setiap malam ada satu grup terdiri dari tiga orang. Sebagai anak muda yang sudah bekerja aku dapat giliran ronda pada malam minggu. Pada suatu malam minggu aku giliran ronda. Tetapi sampai pukul 23.00 dua orang temanku tidak muncul di pos perondaan. Aku tidak peduli mau dating apa tidak, karena aku maklum tugas ronda adalah sukarela, sehingga tidak baik untuk dipaksa-paksa. Biarlah aku ronda sendiri tidak ada masalah.

Ngentot Dengan Tetangga Yang Masih Perawan


Ngentot Dengan Tetangga Yang Masih Perawan


Cerita sex - Karena memang belum mengantuk, aku jalan-jalan mengontrol kampung. Biasanya kami mengelilingi rumah-rumah penduduk. Pada waktu sampai di samping rumah Pak Andi, aku melihat kaca nako yang belum tertutup. Aku mendekati untuk melihat apakah kaca nako itu kelupaan ditutup atau ada orang jahat yang membukanya. Dengan hati-hati kudekati, tetapi ternyata kain korden tertutup rapi. Kupikir kemarin sore pasti lupa menutup kaca nako,tetapi langsung menutup kain kordennya saja. Mendadak aku mendengar suara aneh, seperti desahan seseorang. Kupasang telinga baik-baik,ternyata suara itu datang dari dalam kamar. Kudekati pelan-pelan, dan darahku berdesir, ketika ternyata itu suara orang bersetubuh. Nampaknya ini kamar tidur Pak Andi dan istrinya. Aku lebih mendekat lagi, suaranya dengusan nafas yang memburu dan gemerisik dan goyangan tempat tidur lebih jelas terdengar.
“Ssshh… hhemm… uughh… ugghh” , terdengar suara dengusan dan suara orang seperti menahan sesuatu. Jelas itu suara Bu Niki yang ditindih suaminya. Terdengar pula bunyi kecepak-kecepok, nampaknya penis Pak Andi sedang mengocok liang vagina Bu Niki.

Aduuh,darahku naik ke kepala, penisku sudah berdiri keras seperti kayu. Aku betul-betul iri membayangkan Pak Andi menggumuli istrinya. Alangkah nikmatnya menyetubuhi Bu Niki yang cantik dan bahenol itu.

“Oohh,sshh buuu, aku mau keluar, sshh…. ssshh..”
terdengar suara Pak Andi tersengal-sengal. Suara kecepak-kecepok makin cepat, dan kemudian berhenti. Nampaknya Pak Andi sudah ejakulasi dan pasti penisnya dibenamkan dalam-dalam ke dalam vagina Bu Niki. Selesailah sudah persetubuhan itu, aku pelan-pelan meninggalkan tempat itu dengan kepala berdenyut-denyut dan penis yang kemeng karena tegang dari Andi.Sejak malam itu, aku jadi sering mengendap-endap mengintip kegiatan suami-istri itu di tempat tidurnya. Walaupun nako tidak terbuka lagi,namun suaranya masih jelas terdengar dari sela-sela kaca nako yang tidak rapat benar. Aku jadi seperti detektip partikelir yang mengamati kegiatan mereka di sore hari. Biasanya pukul 21.00 mereka masih melihat siaran TV, dan sesudah itu mereka mematikan lampu dan masuk ke kamar tidurnya. Aku mulai melihat situasi apakah aman untuk mengintip mereka.Apabila aman, aku akan mendekati kamar mereka. Kadang-kadang mereka

hanya bercakap-cakap sebentar, terdengar bunyi gemerisik (barangkali memasang selimut), lalu sepi. Pasti mereka terus tidur. Tetapi apabila mereka masuk kamar, bercakap-cakap, terdengar ketawa-ketawa kecil mereka, jeritan lirih Bu Niki yang kegelian (barangkali dia digelitik, dicubit atau diremas buah dadanya oleh Pak Andi), dapat dipastikan akan diteruskan dengan persetubuhan. Dan aku pasti mendengarkan sampai selesai. Rasanya seperti kecanduan dengan suara-suara Pak Andi dan khususnya suara Bu Niki yang keenakan disetubuhi suaminya.

Hari-hari selanjutnya berjalan seperti biasa. Apabila aku bertemu Bu Niki juga biasa-biasa saja, namun tidak dapat dipungkiri, aku jadi jatuh cinta sama istri Pak Andi itu. Orangnya memang cantik, dan badannya padat berisi sesuai dengan seleraku. Khususnya pantat dan buah dadanya yang besar dan bagus. Aku menyadari bahwa hal itu tidak akan mungkin, karena Bu Niki istri orang. Kalau aku berani menggoda Bu Niki pasti jadi masalah besar di kampungku. Bisa-bisa aku dipukuli atau diusir dari kampungku.

Cerita sex - Tetapi nasib orang tidak ada yang tahu. Ternyata aku akhirnya dapat menikmati keindahan tubuh Bu Niki. Pada suatu hari aku mendengar Pak Andi opname di rumah sakit, katanya operasi usus buntu. Sebagai tetangga dan masih bujangan aku banyak waktu untuk menengoknya di rumah sakit. Dan yang penting aku mencoba membangun hubungan yang lebih akrab dengan Bu Niki. Pada suatu sore, aku menengok di rumah sakit bersamaan dengan adiknya Pak Andi. Sore itu,mereka sepakat Bu Niki akan digantikan adiknya menunggu di rumah sakit,karena Bu Niki sudah beberapa hari tidak pulang. Aku menawarkan diri untuk pulang bersamaku. Mereka setuju saja dan malah berterima kasih.



Terus terang kami sudah menjalin hubungan lebih akrab dengan keluarga itu.Sehabis mahgrib aku bersama Bu Niki pulang. Dalam mobilku kami mulai mengobrol, mengenai sakitnya Pak Andi. Katanya seminggu lagi sudah boleh pulang.Aku mulai mencoba untuk berbicara lebih dekat lagi, atau katakanlah lebih kurang ajar. Inikan kesempatan bagus sekali untuk mendekatai Bu Nikki.



“Bu, maaf yaa. ngomong-ngomong Bu Niki sudah berkeluarga sekitar 3 tahun kok belum diberi momongan yaa”, kataku hati-hati.

“Ya, itulah Dik Benny. Kami kan hanya lakoni. Barangkali Tuhan belum mengizinkan”, jawab Bu Niki.

“Tapi anu tho bu… anuu.. bikinnya khan jalan terus.” godaku.

“Ooh apa, ooh. kalau itu sih iiiya Dik Benny” jawab Bu Niki agak kikuk.

Sebenarnya kan aku tahu, mereka setiap minggunya minmal 2 kali bersetubuh dan terbayang kembali desahan Bu Niki yang keenakan. Darahku semakin berdesir-desir. Aku semakin nekad saja.

“Tapi, kok belum berhasil juga yaa bu?” lanjutku.

“Ya, itulah, kami berusaha terus. Tapi ngomong-ngomong kapan Dik Benny kimpoi. Sudah kerja, sudah punya mobil, cakep lagi. Cepetan dong. Nanti keburu tua lhoo”, kata Bu Niki.

“Eeh, benar nih Bu Niki. Aku cakep niih. Ah kebetulan, tolong carikan aku Bu. Tolong carikan yang kayak IBu Niki ini lhoo”, kataku menggodanya.

“Lho, kok hanya kayak saya. Yang lain yang lebih cakep kan banyak. Saya khan sudah tua, jelek lagi”, katanya sambil ketawa.

Aku harus dapat memanfaatkan situasi. Harus, Bu Niki harus aku dapatkan.

“Eeh, Bu Niki. Kita kan nggak usah buru-buru nih. Di rumah Bu Niki juga kosong. Kita cari makan dulu yaa. Mauu yaa bu, mau yaa”, ajakku dengan penuh kekhawatiran jangan-jangan dia menolak.

“Tapi nanti kemaleman lo Dik”, jawabnya.

“Aah, baru jam tujuh. Mau ya Buu”, aku sedikit memaksa.

“Yaa gimana yaa… ya deh terserah Dik Benny. Tapi nggak malam-malam lho.” Bu Niki setuju. Batinku bersorak.

Kami berehenti di warung bakmi yang terkenal. Sambil makan kami terus mengobrol. Jeratku semakin aku persempit.

“Eeh, aku benar-benar tolong dicarikan istri yang kayak Bu Niki dong Bu. benar nih. Soalnya begini bu, tapii eeh nanti Bu Niki marah sama saya. Nggak usaah aku katakan saja deh”, kubuat Bu Niki penasaran.

“Emangnya kenapa siih.” Bu Niki memandangku penuh tanda tanya.

“Tapi janji nggak marah lho.” kataku memancing. Dia mengangguk kecil.

“Anu bu… tapi janji tidak marah lho yaa.”

“Bu Niki terus terang aku terobsesi punya istri seperti Bu Niki. Aku benar-benar bingung dan seperti orang gila kalau memikirkan Bu Niki. Aku menyadari ini nggak betul. Bu Niki kan istri tetanggaku yang harus aku hormati. Aduuh, maaf, maaf sekali bu. aku sudah kurang ajar sekali”,

kataku menghiba. Bu Niki melongo, memandangiku. sendoknya tidak terasa jatuh di piring. Bunyinya mengagetkan dia, dia tersipu-sipu, tidak berani memandangiku lagi.Sampai selesai kami jadi berdiam-diaman. Kami berangkat pulang. Dalam mobil aku berpikir, ini sudah telanjur basah. Katanya laki-laki harus nekad untuk menaklukkan wanita. Nekad kupegang tangannya dengan tangan kiriku, sementara tangan kananku memegang setir. Di luar dugaanku, Bu Niki balas meremas tanganku. Batinku bersorak. Aku tersenyum penuh kemenangan. Tidak ada kata-kata, batin kami, perasaan kami telah bertaut. Pikiranku melambung, melayang-layang. Mendadak ada sepeda motor menyalib mobilku. Aku kaget.

“Awaas! hati-hati!” Bu Niki menjerit kaget.

“Aduh nyalib kok nekad amat siih”, gerutuku.

“Makanya kalau nyetir jangan macam-macam”,
kata Bu Niki. Kami tertawa. Kami tidak membisu lagi, kami ngomong, ngomong apa saja. Kebekuan cair sudah.Sampai di rumah aku hanya sampai pintu masuk, aku lalu pamit pulang.Di rumah aku mencoba untuk tidur. Tidak bisa. Nonton siaran TV, tidak nyaman juga. Aku terus membayangkan Bu Niki yang sekarang sendirian,hanya ditemani pembantunya yang tua di kamar belakang. Ada dorongan sangat kuat untuk mendatangi rumah Bu Niki. Berani nggaak, berani nggak. Mengapa nggak berani. Entah setan mana yang mendorongku, tahu-tahu aku sudah keluar rumah. Aku mendatangi kamar Bu Niki. Dengan berdebar-debar, aku ketok pelan-pelan kaca nakonya,
“Buu Niki, aku Benny”,
kataku lirih. Terdengar gemerisik tempat tidur, lalu sepi. Mungkin Bu Niki bangun dan takut. Bisa juga mengira aku maling.
“Aku Benny”,
kataku lirih. Terdengar gemerisik. Kain korden terbuka sedikit. Nako terbuka sedikit.
“Lewat belakang!”
kata Bu Niki. Aku menuju ke belakang ke pintu dapur.Pintu terbuka, aku masuk, pintu tertutup kembali. Aku nggak tahan lagi,Bu Niki aku peluk erat-erat, kuciumi pipinya, hidungnya, bibirnya dengan lembut dan mesra, penuh kerinduan. Bu Niki membalas memelukku, wajahnya disusupkan ke dadaku.

“Aku nggak bisa tidur”, bisikku.

“Aku juga”,
katanya sambil memelukku erat-erat. Dia melepaskan pelukannya. Aku dibimbingnya masuk ke kamar tidurnya. Kami berpelukan lagi, berciuman lagi dengan lebih bernafsu.
“Buu, aku kangen bangeeet. Aku kangen”, bisikku sambil terus menciumi dan membelai punggungnya. Nafsu kami semakin menggelora. Aku ditariknya ke tempat tidur. Bu Niki membaringkan dirinya. Tanganku menyusup ke buah dadanya yang besar dan empuk, aduuh nikmat sekali, kuelus buah dadanya dengan lembut, kuremas pelan-pelan. Bu Niki menyingkapkan dasternya ke atas, dia tidak memakai BH. Aduh buah dadanya kelihatan putih dan menggung. Aku nggak tahan lagi, kuciumi, kukulum pentilnya, kubenamkan wajahku di kedua buah dadanya, sampai aku nggak bisa bernapas. Sementara tanganku merogoh kemaluannya yang berbulu tebal. Celana dalamnya kupelorotkan, dan Bu Niki meneruskan ke bawah sampai terlepas dari kakinya. Dengan sigap aku melepaskan sarung dan celana dalamku. Penisku langsung tegang tegak menantang. Bu Niki segera menggenggamnya dan dikocok-kocok pelan dari ujung penisku ke pangkal pahaku. Aduuh, rasanya geli dan nikmat sekali. Aku sudah nggak sabar lagi. Aku naiki tubuh Bu Niki, bertelekan pada sikut dan dengkulku.Kaki Bu Niki dikangkangkannya lebar-lebar, penisku dibimbingnya masuk ke liang vaginanya yang sudah basah. Digesek-gesekannya di bibir kemaluannya, makin lama semakin basah, kepala penisku masuk, semakin dalam, semakin… dan akhirnya blees, masuk semuanya ke dalam kemaluan Bu Niki. Aku turun-naik pelan-pelan dengan teratur. Aduuh, nikmat sekali. Penisku dijepit kemaluan Bu Niki yang sempit dan licin. Makin cepat kucoblos, keluar-masuk, turun-naik dengan penuh nafsu.
“Aduuh, Dik Benny, Dik Bennyi… enaak sekali, yang cepaat.. teruus”, bisik Bu Niki sambil mendesis-desis. Kupercepat lagi. Suaranya vagina Bu Niki kecepak-kecepok, menambah semangatku.
“Dik Bennyii aku mau muncaak…muncaak, teruus… teruus”,
Aku juga sudah mau keluar. Aku percepat, dan penisku merasa akan keluar. Kubenamkan dalam-dalam ke dalam vagina Bu Niki sampai amblaas. Pangkal penisku berdenyut-denyut, spermaku muncrat-muncrat di dalam vagina Bu Niki. Kami berangkulan kuat-kuat,napas kami berhenti. Saking nikmatnya dalam beberapa detik nyawaku melayang entah kemana. Selesailah sudah. Kerinduanku tercurah sudah, aku merasa lemas sekali tetapi puas sekali.Kucabut penisku, dan berbaring di sisinya. Kami berpelukan, mengatur napas kami. Tiada kata-kata yang terucapkan, ciuman dan belaian kami yang berbicara.

“Dik Benny, aku curiga, salah satu dari kami mandul. Kalau aku subur, aku harap aku bisa hamil dari spermamu. Nanti kalau jadi aku kasih tahu. Yang tahu bapaknya anakku kan hanya aku sendiri kan. Dengan siapa aku membuat anak”,
katanya sambil mencubitku. Malam itu pertama kali aku menyetubuhi Bu Niki tetanggaku. Beberapa kali kami berhubungan sampai aku kimpoi dengan wanita lain. Bu Niki walaupun cemburu tapi dapat memakluminya.

Cerita sex - Keluarga pak Andi sampai saat ini hanya mempunyai satu anak perempuan yangcantik. Apabila di kedepankan, Bu Niki sering menciumi anak itu,sementara matanya melirikku dan tersenyum-senyum manis. Tetanggaku pada meledek Bu Niki, mungkin waktu hamil Bu Niki benci sekali sama aku. Karena anaknya yang cantik itu mempunyai mata, pipi, hidung, dan bibir yang persis seperti mata, pipi, hidung, dan bibirku.Seperti telah anda ketahui hubunganku dengan Bu Niki istri tetanggaku yang cantik itu tetap berlanjut sampai kini, walaupun aku telah berumah tangga.

Namun dalam perkimpoianku yang sudah berjalan dua tahun lebih, kami belum dikaruniai anak. Istriku tidak hamil-hamil juga walaupun penisku kutojoskan ke vagina istriku siang malam dengan penuh semangat.Kebetulan istriku juga mempunyai nafsu seks yang besar. Baru disentuh saja nafsunya sudah naik. Biasanya dia lalu melorotkan celana dalamnya, menyingkap pakaian serta mengangkangkan pahanya agar vaginanya yang tebal bulunya itu segera digarap. Di mana saja, di kursi tamu, di dapur, di kamar mandi, apalagi di tempat tidur, kalau sudah nafsu, ya aku masukkan saja penisku ke vaginanya.

Istriku juga dengan penuh gairah menerima coblosanku. Aku sendiri terus terang setiap saat melihat istriku selalu nafsu saja deh. Memang istriku benar-benar membuat hidupku penuh semangat dan gairah.

Cerita Sex Terbaru 


Tetapi karena istriku tidak hamil-hamil juga aku jadi agak kawatir. Kalau mandul, jelas aku tidak. Karena sudah terbukti Bu Niki hamil, dan anakku yang cantik itu sekarang menjadi anak kesayangan keluarga Pak Andi. Apakah istriku yang mandul? Kalau melihat fisik serta haidnya yang teratur, aku yakin istriku subur juga. Apakah aku kena hukuman karena aku selingkuh dengan Bu Niki? aah, mosok. Nggak mungkin itu. Apakah karena dosa? Waah, mestinya ya memang dosa besar. Tapi karena menyetubuhi Bu Niki itu enak dan nikmat, apalagi dia juga senang, maka hubungan gelap itu perlu diteruskan, dipelihara, dan dilestarikan.

Untuk mengatur perselingkuhanku dengan Bu Niki, kami sepakat dengan membuat kode khusus yang hanya diketahui kami berdua. Apabila Pak Andi tidak ada di rumah dan benar-benar aman, Bu Niki memadamkan lampu di sumur belakang rumahnya. Biasanya lampu 5 watt itu menyala sepanjang malam, namun kalau pada pukul 20.00 lampu itu padam, berarti keadaan aman dan aku dapat mengunjungi Bu Niki. (Anda dapat meniru caraku yang sederhana ini. Gratis tanpa bayar pulsa telepon yang makin mahal). Karena dari samping rumahku dapat terlihat belakang rumah Bu Niki, dengan mudah aku dapat menangkap tanda tersebut. Tetapi pernah tanda itu tidak ada sampai 1 atau 2 bulan, bahkan 3 bulan. Aku kadang-kadang jadi agak jengkel dan frustasi (karena kangen) dan aku mengira juga Bu Niki sudah bosan denganku. Tetapi ternyata memang kesempatan itu benar-benar tidak ada, sehingga tidak aman untuk bertemu.

Pada suatu hari aku berpapasan dengan Bu Niki di jalan dan seperti biasanya kami saling menyapa baik-baik. Sebelum melanjutkan perjalanannya, dia berkata,

“Dik Benny, besok malam minggu ada keperluan nggak?”

“Kayaknya sih nggak ada acara kemana-mana. Emangnya ada apa?” jawabku dengan penuh harapan karena sudah hampir satu bulan kami tidak bermesraan.

“Nanti ke rumah yaa!” katanya dengan tersenyum malu-malu.

“Emangnya Pak Andi nggak ada?”

kataku. Dia tidak menjawab, cuma tersenyum manis pergi meneruskan perjalanannya. Walaupun sudah biasa, darahku pun berdesir juga membayangkan pertemuanku malam minggu nanti.Seperti biasa malam minggu adalah giliran ronda malamku. Istriku sudah tahu itu, sehingga tidak menaruh curiga atau bertanya apa-apa kalau pergi keluar malam itu. Aku sudah bersiap untuk menemui Bu Niki. Aku hanya memakai sarung, (tidak memakai celana dalam) dan kaos lengan panjang biar agak hangat. Dan memang kalau tidur aku tidak pernah pakai celana dalam tetapi hanya memakai sarung saja. Rasanya lebih rileks dan tidak sumpek, serta penisnya biar mendapat udara yang cukup setelah seharian dipepes dalam celana dalam yang ketat. Waktu menunjukkan pukul 22.00. Lampu belakang rumah Bu Niki sudah padam . Aku berjalan memutar dulu untuk melihat situasi apakah sudah benar-benar sepi dan aman. Setelah yakin aman, aku menuju ke samping rumah Bu Niki. Aku ketok kaca nako kamarnya. Tanpa menunggu jawaban, aku langsung menuju ke pintu belakang. Tidak berapa lama terdengar kunci dibuka. Pelan pintu terbuka dan aku masuk ke dalam. Pintu ditutup kembali. Aku berjalan beriringan mengikuti Bu Niki masuk ke kamar tidurnya. Setelah pintu ditutup kembali, kami langsung berpelukan dan berciuman untuk menyalurkan kerinduan kami. Kami sangat menikmati kemesraan itu, karena memang sudah hampir satu bulan kami tidak mempunyai kesempatan untuk melakukannya. Setelah itu, Bu Niki mendorongku, tangannya di pinggangku, dan tanganku berada di pundaknya. Kami berpandangan mesra, Bu Niki tersenyum manis dan memelukku kembali erat-erat. Kepalanya disandarkan di dadaku.

“Paa, sudah lama kita nggak begini”,
katanya lirih. Bu Niki sekarang kalau sedang bermesraan atau bersetubuh memanggilku Papa. Demikian juga aku selalu membisikkan dan menyebutnya Mama kepadanya. Nampaknya Bu Niki menghayati betul bahwa Nia, anaknya yang cantik itu bikinan kami berdua.

“Pak Andi sedang kemana sih maa”, tanyaku.

“Sedang mengikuti piknik karyawan ke Pangandaran. Aku sengaja nggak ikut dan hanya dia saja yang ikut. Tenang saja, pulangnya baru besok sore”,

katanya sambil terus mendekapku.

“Maa, aku mau ngomong nih”, kataku sambil duduk bersanding di tempat tidur. Bu Niki diam saja dan memandangku penuh tanda tanya.

“Maa, sudah dua tahun lebih aku berumah tangga, tetapi istriku belum hamil-hamil juga. Kamu tahu, mustinya secara fisik, kami tidak ada masalah. Aku jelas bisa bikin anak, buktinya sudah ada kan. Aku nggak tahu kenapa kok belum jadi juga. Padahal bikinnya tidak pernah berhenti, siang malam”, kataku agak melucu. Bu Niki memandangku.

“Pa,aku harus berbuat apa untuk membantumu. Kalau aku hamil lagi, aku yakin suamiku tidak akan mengijinkan adiknya dia kamu minta menjadi anak angkatmu. Toh anak kami kan baru dua orang nantinya, dan pasti suamiku akan sayang sekali. Untukku sih memang seharusnya bapaknya sendiri yang mengurusnya. Tidak seperti sekarang, keenakan dia. Cuma bikin doang, giliran sudah jadi bocah orang lain dong yang ngurus”, katanya sambil merenggut manja. Aku tersenyum kecut.

“Jangan-jangan ini hukuman buatku ya maa, Aku dihukum tidak punya anak sendiri. Biar tahu rasa”, kataku.

“Ya sabar dulu deh paa, mungkin belum pas saja. Spermamu belum pas ketemu sama telornya Nia (nama istriku). Siapa tahu bulan depan berhasil”, katanya menghiburku.



“Ya mudah-mudahan. Tolong didoain yaa…”

“Enak saja. Didoain? Mustinya aku kan nggak rela Papa menyetubuhi Nia istrimu itu. Mustinya Papa kan punyaku sendiri, aku monopoli. Nggak boleh punya Papa masuk ke perempuan lain kan. Kok malah minta didoain.Gimana siih”,

katanya manja dan sambil memelukku erat-erat. Benar juga, mestinya kami ini jadi suami-istri, dan Nia itu anak kami.

“Maa, kalau kita ngomong-ngomong seperti ini, jadinya nafsunya malah jadi menurun lho. Jangan-jangan nggak jadi main nih”,

kataku menggoda.

“Iiih, dasar”, katanya sambil mencubit pahaku kuat-kuat.

“Makanya jangan ngomong saja. Segera saja Mama ini diperlakukan sebagaimana mestinya. Segera digarap doong!” katanya manja.Kami berpelukan dan berciuman lagi. Tentu saja kami tidak puas hanya berciuman dan berpelukan saja. Kutidurkan dia di tempat tidur, kutelentangkan. Bu Niki  Pasrah saja mau diapain. Dia memakai daster dengan kancing yang berderet dari atas ke bawah. Kubuka kancing dasternya satu per satu mulai dari dada terus ke bawah. Kusibakkan ke kanan dan ke kiri bajunya yang sudah lepas kancingnya itu. Menyembullah buah dadanya yang putih menggunung (dia sudah tidak pakai BH). Celana dalam warna putih yang menutupi vaginanya yang nyempluk itu aku pelorotkan. Aku benar-benar menikmati keindahan tubuh istri gelapku ini. Saat satu kakinya ditekuk untuk melepaskan celana dalamnya, gerakan kakinya yang indah, vaginanya yang agak terbuka, aduh pemandangan itu sungguh indah. Benar-benar membuatku menelan ludah. Wajah yang ayu, buah dada yang putih menggunung, perut yang langsing, vagina yang nyempluk dan agak terbuka, kaki yang indah agak mengangkang, sungguh mempesona. Aku tidak tahan lagi. Aku lempar sarungku dan kaosku entah jatuh dimana. Aku segera naik di atas tubuh Bu Niki. Kugumuli dia dengan penuh nafsu. Aku tidak peduli Bu Niki megap-megap keberatan aku tindih sepenuhnya. Habis gemes banget, nafsu banget sih.

“Uugh jangan nekad tho. Berat nih”, keluh Bu Niki. Aku bertelekan pada telapak tanganku dan dengkulku. Penisku yang sudah tegang banget aku paskan ke vaginanya. Terampil tangan Bu Niki memegangnya dan dituntunnya ke lubang vaginanya yang sudah basah. Tidak ada kesulitan lagi, masuklah semuanya ke dalam vaginanya. Dengan penuh semangat kukocok vagina Bu Niki dengan penisku. Bu Niki semakin naik, menggeliat dan merangkulku, melenguh dan merintih. Semakin lama semakin cepat, semakin naik, naik, naik ke puncak.

“Teruuus, teruus paa.. sshh… ssh…” bisik Bu Niki

“Maa, aku juga sudah mau… keluaarr”,

“Yang dalam paa… yang dalamm. Keluarin di dalaam Paa… Paa… Adduuh Paa nikmat banget Paa…, ouuch..”, jeritnya lirih yang merangkulku kuat-kuat. Kutekan dalam-dalam penisku ke vaginanyanya. Croot, cruuut, crruut, keluarlah spermaku di dalam rahim istri gelapku ini. Napasku seperti terputus. Kenikmatan luar biasa menjalar kesuluruh tubuhku. Bu Niki menggigit pundakku. Dia juga sudah mencapai puncak. Beberapa detik dia aku tindih dan dia merangkul kuat-kuat. Akhirnya rangkulannya terlepas. Kuangkat tubuhku. Penisku masih di dalam, aku gerakkan pelan-pelan, aduh geli dan ngilu sekali sampai tulang sumsum. Vaginanya licin sekali penuh spermaku. Kucabut penisku dan aku terguling di samping Bu Niki. Bu Niki miring menghadapku dan tangannya diletakkan di atas perutku. Dia berbisik,

“Paa, Nia sudah cukup besar untuk punya adik. Mudah-mudahan kali ini langsung jadi ya paa. Aku ingin dia seorang laki-laki. Sebelum Papa Andi mengeluh Nia belum hamil, aku memang sudah berniat untuk membuatkan Nia seorang adik. Sekalian untuk test apakah Papa masih joos apa tidak. Kalau aku hamil lagi berarti Papa masih joosss. Kalau nanti pengin menggendong anak, ya gendong saja Nia sama adiknya yang baru saja dibuat ini.” Dia tersenyum manis. Aku diam saja. menerawang jauh, alangkah nikmatnya bisa menggendong anak-anakku.

Malam itu aku bersetubuh lagi. Sungguh penuh cinta kasih, penuh kemesraan. Kami tuntaskan kerinduan dan cinta kasih kami malam itu. Dan aku menunggu dengan harap-harap cemas, jadikah anakku yang kedua di Rahim istri gelapku ini? Salam. cerita sex, cerita mesum

» Read More...

Cerita Sex Rela Di Sodok Memek Oleh Dosen

Cerita Sex Rela Di Sodok Memek Oleh Dosen - Cerita sex terbaru, cerita ngentot bergambar, cerita mesum mahasiswa, hari ini saya ingin bercerita tentang seorang gadis yang rela berhubungan badan dengan dosenya biar lolos ujian


Cerita Sex Relas Di Sodok Memek Oleh Dosen

Cerita sex – Aku bermaksud meminta tugas-tugas tambahan untuk mendongkrak nilaiku. Tapi Pak Sentot menolaknya dan menawarkan les privat seminggu dua kali di rumahnya. Aku langsung menyetujuinya tanpa berpikiran apa-apa. “Ok, nanti sore kamu ke rumah saya jam 4,” ujar Pak Gatot dengan nada memerintah. “Baik Pak, saya bisa, terima kasih,” jawabku sambil pamit pulang.

Cerita Sex Rela Di Sodok Memek Oleh Dosen

Tepat jam 4 aku tiba di rumah Pak Sentot, Sore itu aku memakai pakaian kemeja berkancing yang agak kebesaran, untuk menutupi menonjolnya payudaraku, serta celana jins yg tidak terlalu ketat, tentu tak lupa juga BH dan celana dalam. Sementara Pak Sentot tampak santai, memakai kaos berlengan dan celana panjang biasa. Pak Sentot langsung duduk di sebelahku, dan menjelaskan kondisiku. Dengan jebloknya nilai ulangan-ulanganku, mulai sekarang aku harus berusaha sangat keras supaya bisa lulus. “Kamu mengerti situasimu kan?” tanya Pak Gatot.

Sudah lama Bapak ingin merasakan memek mu yang wangi, tidak disangka hari ini kamu menyerahkan diri,” ujarnya sambil tertawa keras selagi tetap memegangi mulut dan kedua tanganku. “Kamu nggak usah macam-macam, layani saja Bapak, maka kamu nggak perlu mengkhawatirkan nilai-nilaimu yang jeblok itu. Kalo sampai kamu menjerit atau berontak terlalu keras, maka Bapak jamin kamu tidak akan lulus, ok?” tambahnya lagi.

Cerita sex – Saat itu aku sungguh-sungguh tidak tahu harus berbuat apa karena belum pernah menghadapi situasi seperti ini dalam hidupku. Tiba-tiba Pak Sentot dengan cepat melepas kacamataku dan menaruhnya di meja sebelah. Kemudian tangan kirinya menarik rambutku dan menciumi bibirku yang mungil dengan kasar, sementara tangan kanannya meremas-remas payudaraku yang sebelah kiri dengan gemasnya sehingga kemejaku mulai awut-awutan. Karena kedua tanganku sudah tidak dipegangi lagi, sempat terlintas di pikiranku untuk memukuli Pak Sentot, namun ancaman tidak lulus membuatku sangat takut dan tidak berani melakukannya. Aku hanya berusaha melepaskan diri namun sia-sia saja.

Kemudian Pak Sentot melepaskan ciumannya, dan kedua tangannya dengan segera memreteli kancing kemejaku satu-persatu. Aku mulai menangis dan memohon untuk dilepaskan, tapi Pak Sentot tidak menghiraukan. Dengan kasar ia menyingkirkan kemejaku dan melemparkannya ke lantai. Setelah itu Pak Sentot dengan paksa melucuti celana jinsku. Tubuhku hanya tertutupi BH dan celana dalam saja, buah dadaku yang berukuran 38C terlihat sangat menonjol. Sekali lagi aku diterkamnya sehingga hanya bisa berbaring pasrah di sofa yang besar dan empuk itu. Pak Sentot kembali menciumi bibirku sementara kedua tangannya dengan ganas meremas-remas buah dadaku.

Cerita sex – Sentot Kemudian Pak Sentot menyuruhku menurunkan CD-nya sampai kedua kakinya, sehingga kami berdua sama-sama telanjang bulat. Dibukanya kedua pahaku lebar-lebar dan Pak Sentot mengambil posisi di antaranya sambil memegangi senjatanya. “Pak, pelan-pelan ya? Punya Bapak besar sekali. Saya agak takut,” kataku saat itu. “Ha.. ha.. ha.. nggak usah takut, pokoknya kamu pasti seneng,” jawabnya. Pak Sentot juga memberitahuku nggak usah khawatir hamil, karena nantinya ia tidak akan mengeluarkan air maninya di memekku. “Biar kayak di BF-BF itu Vicki,” katanya. Aku yang berbaring telentang menjawab dengan kepalaku, yang dialasi bantal empuk, mengangguk-angguk. Aku menahan nafas saat Pak Sentot mulai memasukkan kontolnya ke arah memekku yang sudah basah sedari tadi. “Oh.. Pak..” jeritku kecil. Rasanya bener-bener nikmat meski mungkin baru ujung kontol Pak Sentot saja yang terbenam di memekku. Kulihat Pak Sentot mulai memompa dan memegangi kontolnya keluar masuk dari memekku sehingga menggesek-gesek klitorisku yang makin basah. Aku sungguh-sungguh terbuai, dan kemudian dengan sekali sentakan kulihat separuh kontol Pak Sentot masuk ke memekku. “Oh.. Pak Sentot ..” desahku dengan nafas berat.

Cerita Sex hamasiswa

Cerita sex – Kemudian Pak Sentot mengarahkan kedua tangannya ke arah gunung kembarku dan mulai meremas-remas dengan agak kasar, sambil memaju mundurkan kontolnya keluar masuk memekku. “Oh Pak Sentot ..” Aku sudah benar-benar lupa diri, yang ada di pikiranku saat itu hanyalah kenikmatan liar ini. Kombinasi dari gesekan-gesekan kontol Pak Sentot di memek dan klitorisku serta remasan-remasan kasar telapak tangannya di buah dadaku yang amat sensitif membuatku menjerit dan mendesah tidak karuan dengan liarnya.

Pak Sentot mulai memompa kontolnya dengan lebih cepat. Sambil tangannya bertumpu dengan meremas-remas buah dadaku, Pak Sentot bergerak maju mundur sangat cepat dan kuat. Pandangan penuh nafsu Pak Sentot di wajahku kubalas dengan reaksi serupa. Mungkin karena basahnya memekku, kulihat saat itu Pak Sentot bisa memasukkan seluruh kontolnya pada setiap sentakan. Kami berdua sudah sama-sama mandi keringat, apalagi urat-urat dan otot-otot di sekujur tubuh Pak Sentot jelas terlihat. Hanya suara desahan dan lenguhan liar bagaikan binatang dari kami berdua yang terdengar di kamar.

Akhirnya aku tidak tahan lagi, orgasmeku yang kedua datang. Aku menjerit sangat keras, dan Pak Sentot justru tambah mempercepat dan memperkuat gerakan serta remasannya. Tubuh mungilku terguncang hebat, sekali lagi dalam cengkeraman Pak Sentot. Kemudian dipeluknya tubuhku, kubalas pula dengan erat sehingga terasa keringat kami berdua saling bercampur. Pak Sentot tidak pernah berhenti memompa kontolnya saat orgasmeku yang kedua itu berlangsung. Setelah klimaksku selesai beberapa saat kemudian, tubuhku tergolek lemas dalam posisi saling memeluk, sungguh kontras sekali perbedaan warna dari tubuh kami. Memekku dan kontol Pak Sentot yang terbenam seluruhnya terasa sangat basah dan aku kesulitan mengatur nafasku di bawah tindihan tubuh Pak Sentot.

“Asyik sekali kamu Vicki,” ujar Pak Sentot sambil tersenyum ke wajahku. Kubalas lemah senyumannya sambil merasakan kenikmatan ini. Kuberanikan berbisik lemah, “Bapak kok belum keluar?” Sambil tertawa-tawa, Pak Sentot menjawab, “Kan sudah Bapak bilang nggak mungkin tak keluarin di memek kamu. Bapak sudah kepikiran tak keluarin pejuh Bapak di bagian tubuh kamu yang lain.” “Di mana Pak?” tanyaku. Pak Sentot hanya membalas dengan senyuman sambil melepaskan pelukannya dan bangkit dari atas tubuhku dan kemudian mengambil posisi duduk berjongkok di perutku.

Campuran keringat dan cairan memekku membuat Pak Sentot dengan mudah menggerakan kontolnya di sepanjang belahan dadaku. Aku tidak pernah berhenti memijat, meremas, dan menjepit payudaraku sehingga kulihat mata Pak Sentot merem melek. “Oh Vicki sayang..!” jerit Pak Sentot sesekali. Gerakan Pak Sentot makin lama makin cepat, sementara aku juga menguatkan pijatan dan remasan. Karena payudaraku yang amat sensitif merasakan kerasnya kontol Pak Sentot, kurasakan ledakan-ledakan kecil di memekku. Aku juga sering mendesah-desah tidak karuan.

Cerita sex – Kuperhatikan dorongan kontol besar Pak Sentot membuat ujungnya makin lama makin dekat ke daguku, kurasakan pula buah zakarnya bertabrakan dengan pangkal payudaraku dalam setiap dorongan yang dilakukannya. Dengan beralaskan bantal, kumajukan mulutku dan mulai memberikan jilatan-jilatan cepat liar setiap kali kepala kontol Pak Sentot mendekat. Sekilas kulihat mata Pak Sentot terbelalak dengan keagresifanku ini. “Kamu makin liar aja Vicki, Bapak bener-bener nggak tahan!” desahnya.

Dengan terampil kuberikan kenikmatan pada Pak Sentot, jilatan-jilatan lidahku pada ujung kontolnya serta remasan-remasan payudaraku menggesek kontolnya. Aku betul-betul ingin membalas semua kenikmatan yang sebelumnya diberikan Pak Sentot terhadapku, tidak peduli lagi status dan perbedaan usia kami. Gerakan dan ekspresi kami sudah seperti sepasang kekasih yang tidak mampu lagi menahan nafsunya atau mungkin layaknya dua bintang film porno. “Oh Vicki sayang!” Pak Sentot akhirnya menjerit keras dan menghentikan gerakannya. Kontol Pak Sentot masih terjepit di antara buah dadaku dan ujungnya persis dekat di depan bibirku yang sedikit menganga. Bersamaan dengan itu, air mani atau pejuh dari kontol Pak Sentot muncrat! Tembakan-tembakan deras pejuh Pak Sentot membasahi dan lengket di sebagian besar wajah dan bibirku. Cerita Sex Relas Di Sodok Memek Oleh Dosen

» Read More...

Kisahku Bercinta Dengan Mantan Guruku Yang Cantik

Cerita sex, cerita dewasa, cerita seks bergambar, foto bugil, cerita pemerkosaan - setelah sebelumnya ada Cerita Sex Nikmatnya Liang Vagina Mbak Maya Yang Sempit, kini ada cerita seks Kisahku Bercinta Dengan Mantan Guruku Yang Cantik, selamat membaca.

Kisahku Bercinta Dengan Mantan Guruku Yang Cantik

Kisahku Bercinta Dengan Mantan Guruku Yang Cantik

Cerita sex - Namaku Rafi. Aku adalah seorang konsultan dalam bidang information technology. Pekerjaanku ini mengharuskanku untuk siap ditempatkan dimana saja. Saat ini, aku harus menangani sebuah perusahaan manufaktur di Bogor yang mengakibatkan aku harus mencari tempat pemondokan di kota hujan itu. Untunglah, tanpa sengaja aku bertemu dengan guru SMA ku yang kebetulan memiliki rumah besar di Bogor dan ia mempersilahkanku untuk menyewa salah satu kamar di rumahnya.

“Ibu, apa kabar..” sapaku sambil menyalami ibu Eva. Ia adalah guru kesenian dan bahasa SD ku di kawasan menteng Jakarta. Dalam usianya yang ke 40, ia masih tanpak muda dan segar. Wajah dan tubuhnya sangat mirip dengan Ully Artha pemain sinetron yang juga sudah berusia kepala 4 namun masih saja cantik itu. Dengan baju santai berpotongan leher V, ibu guruku itu nampak seksi sekali. Belahan buah dadanya yang belum terlihat kerutannya itu tampak menyembul dan menunjukkan huruf Y yang tegas. “Baik Fi.. gimana keluargamu? Baik?” jawabnya tersenyum manis. “Alhamdulillah, baik bu” “kalau begitu masuk deh.. sini biar ibu bantu..”bu Eva membungkukkan badannya hendak membantu membawa barang-barangku. Ketika itu pula tampak kedua buah dadanya yang besar bergayut di hadapanku. Buah dada yang putih itu ditutupi oleh BH tipis berwarna hitam. Sayang putting susunya tak sempat terlihat. “eeh.. jangan bu.. biar saya bawa sendiri..”

Rumah bu Eva sungguh asri dan besar. Ada 5 kamar tidur dengan 2 kamar mandi. Rumah yang besar itu dihuni oleh bu Eva, adiknya Atika, dan anaknya Maria. Ketika itu, para pembantunya belum pulang dari mudik lebaran. Di rumah itu tak ada laki-laki yang tinggal. “Sejak ibu ditinggal kawin lagi oleh suami, rumah ini tidak pernah ada penghuni laki-lakinya. Suami Atika kan pelaut. Ia datang kesini 4 bulan sekali. Itupun hanya sebulan tinggal, kemudian berlayar lagi… kamu adalah lelaki pertama yang kembali menghuni rumah ini.. wellcome..” Keluarga ini adalah keluarga pecinta musik. Demi cintanya pada musik, dibuatlah sebuah kamar kedap suara dan — entah kenapa juga kedap cahaya — untuk dipakai bermain piano sepuas-puasnya. Di ruangan itu juga terdapat ranjang tua terbuat dari rangka besi. Belakangan aku tahu bahwa ranjang itu selalu digunakan oleh bu Eva untuk melepaskan penatnya setelah bermain piano.

Kamarku ternyata sangat lengkap. Tempat tidur busa ukuran king size, AC, meja kerja, dan meja rias. “Hehe.. ibu tau kamu ngga perlu itu” katanya tersenyum geli sambil menunjuk meja rias. “Tapi ibu ngga tau mesti ditaruh dimana lagi..” “nggak apa lah bu.. jangan repot-repot. . fasilitasnya diatas ekspektasi saya.. terimakasih banyak..” Kami berdua duduk di pinggir ranjang, dan bercerita tentang masa kecil ku. Ia menceritakan betapa pangling dirinya melihatku yang tumbuh menjadi pemuda berusia 25 tahun yang tegap. “Tapi nggantengnya ngga berubah kok..” candanya. Ia juga menceritakan tentang keluarganya. Mantan suami bu Eva — yang bernama Irwan –ternyata masih sering mengunjungi anaknya di rumah itu paling sedikit sebulan sekali. “Sesak rasanya Fi.. kalau mengingat itu.. tapi apa boleh buat.. itu yang terbaik buat Maria..”. 

Perempuan setengah baya itu sudah menjanda 7 tahun lamanya. Tak dapat kubayangkan bagaimana ia memenuhi kebutuhan biologisnya. Dan aku tahu ia bukan tipe perempuan penganut paham free sex. Bu Eva membaringkan tubuhnya di atas ranjangku sambil meletakkan tangannya di belakang kepala. Posisi itu membuat bajunya tertarik ke atas dan memperlihatkan buah dadanya yang tertekan oleh tarikan bajunya itu. Tampak garis BH nya tercetak dengan jelas dan.. my god.. kedua putingnya yang cukup besar itu juga terlihat jelas tercetak di dadanya. Posisi itu juga membuat kedua pahanya yang putih itu tersingkap. Duuhh..mulusnya. . kuperhatikan bentuk kakinya yang indah belum termakan oleh usia. Memang ada beberapa bagian yang sudah ada guratan lemaknya.. namun secara keseluruhan kaki itu bisa dibilang perfect. “Ibu rajin fitness ya ??” tanyaku spontan sambil memandang pahanya “kok tau ??” “habis badan dan paha ibu terlihat masih kencang .. tanda ibu rajin berolah raga..” Ibu Eva tersenyum manis padaku sambil dengan segera membenahi posisi badannya dan menutupi kedua pahanya. Mukanya tampak memerah karena malu bercampur senang. “that is very sweet Rafi.. terima kasih.. ini pujian pertama yang ibu rasakan bukan gombal dari seorang laki-laki sejak ibu menjanda..”

Sore itu aku diperkenalkan pada Atika dan Maria. Atika adalah adik perempuan bu Eva yang berusia 35 tahun. Badan dan wajahnya mirip Dian Nitami. Tinggi, berhidung masam, pinggul besar dan buah dada sedang. Ia tampak seperti seorang wanita yang kesepian. Dari cara bicaranya yang selalu meminta perhatian terlihat sifat kekanak-kanakannya yang masih kental. Maria nampak lebih dewasa dari Atika. Ia gadis berumur 18 tahun berbadan tinggi, kulit agak gelap, mata besar dan muka oval. Dengan gaya rambutnya yang keriting basah itu, ia tampak lebih tua dari umurnya. Maria mewarisi sifat keibuan bu Eva. Tidak seperti Atika yang cerewet dan bersuara keras itu, Maria lebih sabar dan bersuara lembut.. persis seorang putri kraton..

Malam itu aku tak bisa tidur. Entah kenapa, wajah dan tubuh bu Eva selalu membayang di pelupuk mataku. Buah dadanya yang berukuran 36, kakinya yang mulus, wajahnya yang mirip ully artha.. my.. I can’t believe that she is 40 … dan harus kuakui perempuan itu membuatku terangsang .. hasratku untuk menidurinya begitu menggebu.. bahkan dengan berpikir seperti ini saja sudah membuat penisku berdiri.. oh ya bicara soal penis.. aku dianugerahi penis berukuran cukup besar.. 16 cm dengan diameter 3-4 cm.. bila sedang berdiri bentuknya persis seperti pisang ambon berukuran besar.. well terus terang.. senjataku ini cukup digila-gilai teman-teman kencanku.. nah.. kembali soal guruku tadi, aku juga yakin ia sebenarnya mempunyai keinginan yang menggebu-gebu untuk mendapatkan sentuhan seorang lelaki.. hanya saja ia menekan kuat-kuat hasrat itu.. tapi bagiku untuk begitu saja menidurinya tentu tidak mungkin.. harus ada jalan halus untuk mencapai tujuan itu.. aku terus berpikir dan berpikir dan berpikir.. sampai akhirnya …aku tertidur

Seminggu sudah aku tinggal di rumah bu Eva. Aku sudah mulai hafal dengan kebiasaan hidup perempuan itu. Dari pagi sampai sore 5 hari seminggu, ia mengajar di sebuah lembaga bahasa inggris terkenal di Bogor. Malamnya, aku perhatikan bahwa sehabis bermain piano sepuas puasnya ia pasti tertidur di kamar kedap suara itu.. dan kalau ia sudah bermain piano, tak ada seorangpun berani mengganggunya. . aku melihat sebuah peluang disitu.. dan seketika itu sebuah rencana tercipta di benakku.. besok adalah malam minggu.. hari dimana bu Eva menghabiskan malamnya dengan bermain piano.. hari dimana Atika dan Maria tidak berani mengganggu ibunya ..

Malam minggupun tiba.. selesai mandi dan makan malam aku hampiri bu Eva “bu.. boleh saya temani ibu bermain piano? Saya juga penikmat musik klasik..” “tentu Fi.. be my guest.. tapi keliatannya kamu bakal jadi satu-satunya penonton, karena Atika dan Maria mungkin pulang agak larut..” “nggak apa bu..”kataku tersenyum.. yes.. my plan is running quite well so far.. tepat jam 8 malam pintu ruang piano ditutup dan AC pun dinyalakan.. semenit kemudian alunan lagu-lagu klasik karya Mozart, Johan Strauss, dan beethoven pun mengalun dengan merdu dari jari-jari lentik bu Eva. “bu.. kalau haus ini saya siapkan minumnya..” “Okey.. oh.. you are so sweat fi.. thanks..” Dengan sekali tenggak bu Eva menghabiskan sirup dingin yang telah kucampur dengan obat tidur itu..setelah itu aku langsung pamit “bu, saya mau pergi ke luar dulu cari angin.. setelah itu saya akan langsung tidur..” “Okey.. selamat jalan-jalan. . sampai besok ya?” bu Eva tersenyum manis padaku sambil menghentakkan symphoni ke 9 nya beethoven. Aku keluar dan menutup pintu.

Setengah jam kemudian, kubuka kembali pintu ruang piano perlahan-lahan. Tak ada suara terdengar dari ruang kedap suara itu. Aku menyelinap masuk, kukunci pintu, dan kulihat bu Eva tidur terlentang di ranjang tua di sisi piano itu. Gotcha ! rupanya KO juga dia terkena obat tidurku. Wah.. mudah-mudahan reaksinya tidak terlalu keras.. soalnya, bisa merusak seluruh rencanaku… Saat itu ia menggunakan daster terusan berwarna putih dengan belahan dada rendah. Buah dadanya menyembul dari BH tipis berwarna putih. Kedua kakinya terlihat mengangkang seakan menanti seseorang untuk menindihnya. Melihat tubuh tak berdaya itu, mendadak celanaku terasa sempit. Penisku sudah dalam keadaan tegak berdiri.

Dengan cepat kubuka daster ibu Eva dan kupeloroti dari tubuhnya. Seketika itu aku terpesona melihat tubuh yang masih sintal itu tergolek mengangkang dihadapanku hanya mengenakan BH dan celana dalam tipis. Pori-pori buah dadanya begitu jelas di mataku. Dan putingnya yang besar berwarna coklat kehitaman tampak jelas dibalik BH tipis berwarna putih itu. Ketiaknya yang putih dan wangi itu ditumbuhi oleh bulu-bulu hitam yang cukup lebat. Di selangkangannya kulihat gundukan daging yang tertutup oleh bulu-bulu yang juga lebat. Sedemikian lebatnya, sehingga begitu banyak bulu-bulu kecil yang menyelip keluar dari celana dalamnya. 

Kata orang wanita yang berbulu lebat memiliki libido yang tinggi.. wow.. this must be my lucky day !! Model CD nya benar-benar membuat aku terangsang .. yaitu model CD yang menggunakan tali sehingga dengan satu kali tarikan celana itu akan terbuka..Ouwwhh. . ingin rasanya aku segera menggumuli tubuh itu.. but wait..that was not the plan.. so, dengan segera ku keluarkan beberapa sapu tangan yang sudah kupersiapkan, lalu aku ikat kedua tangan bu Eva ke jeruji ranjang besi dekat kepalanya, dan kuikat juga kedua kakinya ke jeruji ranjang besi dekat kakinya. Kupandangi wajah cantik yang mirip ully atha itu.. kemudian dengan lembut kubelai keningnya.. terus turun ke pipi..bibir. .dagu..leher. . terus ke dada..kuputar- putarkan tanganku disekitar buah dadanya yang besar sebelum kuselipkan tanganku ke balik BHnya dan seketika itu tanganku dipenuhi oleh gumpalan daging yang kenyal dan empuk berukuran besar itu. Alangkah menggairahkannya buah dada bu Eva..”emhhh..” 

tiba-tiba bu Eva bergumam sambil mengeleng kepalanya ke kanan.. dengan cepat kutarik tanganku dari balik BH nya dan kumatikan lampu kamar. Ruang yang kedap cahaya itu langsung gelap gulita.. aku bahkan tak dapat melihat tanganku sendiri.. dengan meraba-raba aku kembali duduk di pinggir tempat tidur dan mencari tubuh permpuan itu. Tangan kiriku memegang paha kiri bu Eva. Dengan perlahan aku mengusap bagian dalam paha kiri bu Eva..kunaikkan tanganku lebih ke atas… terus sampai batas selangkangannya. . seketika itu tanganku memegang gundukan daging yang ditutupi oleh bulu-bulu lebat yang masih ditutupi oleh celana dalamnya yang tipis.. jariku mulai menggosok-gosok gundukan daging itu.. ke atas dan ke bawah sementara itu telapak tangan kananku menyusup ke balik BH nya yang terasa benar terlalu kecil untuk buah dada berukuran 36 itu…dengan bernafsu kuremas-remas buah dada montok itu.. “Ohh..ooohh..” terdengar suara guruku itu yang nampaknya sudah mulai sadar dari tidurnya. Tiba-tiba kurasakan seluruh otot tubuhnya menegang.. 

bu Eva mencoba bangkit dari tidurnya..”A. .apa..apaan ini ??” terdengar suara perempuan itu berteriak “kok gelap sekali?? Si..siapa kamuh..hh?? Ahhhh.. jangan sentuh saya !! lepaskan tanganmu dari dada saya.. kurang ajar !! lepaskan ikatan tangan dan kaki saya.. tolooong…tolooong. .” ia memperkuat jeritannya. Sebuah perbuatan yang sia-sia di ruang kedap suara itu. Bersamaan dengan itu bu Eva mulai meronta-ronta kekiri dan kekanan. Rontaannya yang kuat sempat membuat aku kawatir akan melepaskan ikatan tangan dan kakinya.. namun setelah beberapa saat, aku yakin ikatanku cukup kuat. Akibat gerakannya itu, buah dadanya juga ikut berguncang ke kiri dan kanan. Terasa nikmat di telapak tanganku. Perlawanan bu Eva membuat aku semakin bernafsu. Dengan kasar kutarik BH nya hingga robek, dan dalam kegelapan kudekatkan bibirku ke buah dada kiri bu Eva , dan seketika itu juga kumasukkan hampir separuh dari dada montoknya ke dalam mulutku. “Ohh.. ohhhh.. ooohh..” bu Eva masih meronta dengan nafas yang mulai memburu..”Ohhh. . get off your mouth from my breast !! Siapa kamu ??” kembali terdengan ia menjerit.. “Irwan !! kamukah itu ?? Irwan !! ini tidak lucu !! lepaskan aku !!!” rupanya ia menyangka aku bekas suaminya.. 

“Irwan !! Aku tau kamu suka dengan permainan ikat mengikat ini !!! Aku juga tau kamu masih berharap untuk bisa menikmati tubuhku lagi .. tapi sejak kamu menyakiti aku.. aku sudah bersumpah sampai matipun tak akan kuberikan tubuhku lagi padamu.. ouuuuhhh… ouuhhhh..” teriakannya bercampur dengan rintihan-rintihan kecil ketika tangan kiriku yang sedari tadi mengusap-usap perutnya dengan cepat kuselipkan kedalam CD nya. Ahhh..Jembutnya yang lebat itu memenuhi telapak tanganku. Jari telunjuk dan tengahku kugunakan untuk menyibak bulu-bulu itu untuk mencari pintu masuk ke vaginanya. Begitu tersentuh, kuletakkan jari tengahku di sepanjang pintu tersebut. Terasa benar kelembabannya semakin meningkat. Ujung jari tengahku menyentuh ujung bawah vaginanya dan pangkal jari tengahku mencari-cari klitorisnya. .kuputar- putar sejenak jari tengahku itu sampai kutemukan sebuah tonjolan yang sudah terasa bengkak di pangkal vaginanya. Dengan cepat kuputar-putar dan kugesek-gesek klit nya yang semakin lama terasa semakin bengkak. “Ohhh..Ohhhh. .” rontaan perempuan itu mulai mengendur dan rintihannya terdengar semakin kuat..kupermainkan lidahku di ujung putingnya yang terasa mulai mengencang dan sesekali kugigit dengan lembut.. 

“Ohhh.. ahhhh.. who are you..siapa kamuuhh.. ohh.. tolong… whoever you are.. jangan perkosa saya.. please..” rintihnya dengan suara serak. Sambil terus memainkan klit nya kulepaskan sedotanku di dadanya dan menjawab dengan suara yang disamarkan “I am not gonna rape you maam.. I only want to love you…with my touch.. I know you want it.. I know you want it so bad..” perempuan itu terdiam sejenak. Bibirku kembali menyusuri buah dadanya dari sebelah kiri menuju ke kanan ketika sampai pada puttingnya dengan sedikit kasar kusedot daging kecil yang sudah menegang itu “yess.. I want it so bad..I want it so bad for long..” bisiknya mengakui pernyataanku seraya menggelinjang kegelian “hhhh…but I don’t want to do it this way.. I want to see your face.. I want to touch your body.. I want to touch your..” Kuhentikan sedotanku diputingnya dan kuhentikan juga aktivitas jariku di selangkangannya dan dengan cepat kuturunkan resleting celanaku lalu kukeluarkan penisku yang sudah sangat tegang seperti pisang ambon itu.. “you wanna touch this maam ?” kataku melanjutkan kata-katanya seraya dalam kegelapan menempelkan penis tegangku di pipi kirinya..

terasa bu Eva menggesek-gesekkan pipinya di penisku.. ia menggerakkan kepalanya untuk membelai penisku dengan pipinya seakan ia sedang menyayangi kucing piaraannya.. tiba-tiba kurasakan bahwa ia menggerakkan kepalanya dan berusaha untuk menggapai penisku dengan mulutnya.. oh no you don’t .. kataku dalam hati..ini belum saatnya.. lalu dengan cepat kugesekkan penisku itu perlahan-lahan ke lehernya.. turun terus ke dada.. di atas bukit kembar yang montok itu kugesekkan bagian bawah kepala penisku ke putingnya yang.. wow.. sangat tegang itu.. “ohh noo…god…please don’t do this to me.. tolong lepaskan ikatan kakiku please..ooohhh. .” terasa oleh tangan kiriku bahwa bu Eva sedang berusaha merapatkan kedua pahanya untuk digesekkan satu sama lain. Usaha tersebut tentu saja sia-sia.. karena kakinya kuikat dalam posisi mengangkang. Gairah bu Eva yang mulai memuncak mendorongnya untuk merasakan klitnya digesek-gesek untuk mencapai puncak kepuasannya. . Dengan intens aku masih menggesek ujung penisku ke putting susunya, bahkan cairan licin yang sudah keluar dari lubang penisku kutempelkan di ujung putingnya untuk kugesek-gesekkan lagi sehingga terasa licin di bawah kepala penisku.. suara ranjang besi itu kini berbunyi dengan irama beraturan menandakan tubuh bu Eva yang menggeliat-geliat menikmati sensasi-sensasi erotis yang kuberikan padanya. 

Bisa kubayangkan dalam gelap, dengan kedua tangan dan kaki terikat di sisi kiri dan kanan kasur, bu Eva menggerak-gerakan pinggulnya dan menendang-nendang kakinya untuk bisa segera melepaskan diri dari ikatan dan merapatkan kedua kakinya.. “kamu bukan Irwan..ohhh. .I am sure you are not him..” bisiknya serak ketika kuturunkan penisku dari buah dadanya menuju perutnya. Penisku dari ujung hingga testis kuletakkan di atas kulit perutnya yang mulus itu. “Its not his size.. its too big for him.. oohhhhh.. please.. who are you ?” rintihnya penasaran karena tak bisa melihat laki-laki yang tengah memberikannya kenikmatan yang telah lama tak diperolehnya itu.. “I am one of your student.. saya sangat mengagumi tubuh ibu yang masih sangat menggairahkan ini.. dan saya sangat mudah terangsang oleh tubuh sexy seorang wanita seusia ibu.. I am your secret admire bu.. I want to help you to get something you miss for along time…” bisikan manisku itu ternyata membuat bu Eva begitu terangsang sehingga ia menggerak-gerakkan pantatnya naik turun dengan keras seperti orang yang tengah bersenggama sambil mengerang dengan keras 

“Ooohh please.. do what ever you want..please. . don’t make me suffer any longer…” Dapat kubayangkan betapa merangsangnya kedua buah dada montoknya ikut terguncang kesana kemari seiring gerakan-gerakan histerisnya. . Dengan segera pula kubuka baju dan celanaku sehingga dalam waktu 20 detik aku sudah bugil. “Oohh.. I wish I could see you..” ibu Eva merintih ketika ia mendengar aku membuka seluruh pakaianku..”kenapa lampunya ngga dinyalain aja sih..? kamu takut apa? Don’t worry.. saya ngga akan marah.. I am yours tonight..” Tanpa menjawab pertanyaannya aku menaiki ranjangnya dengan posisi bertekuk lutut diantara dua kakinya yang mengangkang itu. Kuraba bagian pinggul wanita yang masih tertutup celana dalam itu. Kupegaang tali CD nya dan dengan sekali tarik jatuhlah penutup terakhir tubuh ibu guruku itu. Aku mendekatkan mukaku ke selangkangannya yang basah olehh keringat itu dan seddetik kemudian mulutku sudah terbenam dalam rimbunan rambut hitam yang melindungi vaginanya. 

Bibirku dengan cepat menemui klitorisnya dan dengan lembut kusedot-sedot sambil sesekali kugigit “AAAHHH..GOOOOODDDD… nikmatnya. . terus.. terruuusss… ” rintihnya sambil menggoyang-goyangka n pinggulnya. Kunaikkan bibirku ke arah perut dan kutelusuri keatas menuju buah dadanya..sesampainy a disana kugesekkan muka,pipi dan hidungku ke bukit kembar yang montok itu sementara penisku menempel di atas vaginanya. “o my god.. o my god.. ooohhhh..untie me pelleaaaase…! !!” jerit wanita berusia 40 an itu ketika penisku menggesek-gesek klitnya. Pinggulnya diangkatnya dengan liar setinggi-tingginya untuk menggesekkan klitnya ke penisku. Terasa benar vagina bu Eva sudah banjir. Gesekan penisku di mulut vaginanya mengeluarkan suara kecipak yang keras. “Oohh kiss me please..kiss mee..ouhh..” desahnya sambil mencari cari bibirku yang masih sibuk mengulum kedua putting susunya bergantian. Aku sengaja tak ingin menciumnya karena bila kulakukan maka dengan segera ia akan mengenaliku. . 

Aku sudah amat terangsang dan dengan segera kupegang penisku, kutempelkan di pintu vagina yang sudah teramat sangat becek itu , lalu kuedesakkan perlahan-lahan mengingat vagina ini sudah tidak pernah kemasukan penis selama hampir 7 tahun ! Ternyata ukuran diameter penisku agak menyulitkan penetrasi kali ini.. baru kusadari kalau vagina bu Eva ternyata berukuran cukup kecil.. “Aaaahh..aaaakkhh. . pelan-pelaaannn. . pelan-pelaaannhh. .ouh.. its soo biig..hh” kumasukkan lagi penisku hingga setengahnya, bu Eva kembali menjerit kesakitan.. dari suaranya kutahu ia menggeleng-gelengka n kepalanyadengan keras ke kiri dan ke kanan.. aku menjadi kasihan “Do you want me to stop maam?” “NOOOOO..please don’t … its hurt at the beginning.. tapi ennaakkhh.. AAAAAKHHHHH…” bu Eva menjerit keras ketika ku amblaskan seluruh penisku sedalam-dalamnya di liang vagina ibu guruku yang cantik itu.. beberapa saat kami terdiam … terdengar suara nafas perempuan itu tersengal-sengal dan dari suara nafas dan desahnya.. ku tahu ia tengah meringis merasakan kombinasi antara rasa perih dan nikmat.. tiba-tiba bisikannya memecah kesunyian..

”Oohhh. . it has been sooo long since last time I had this thing inside me..ohhh…” bu Eva mulai menggoyang pinggulnya naik turun sambil berputar-putar. . penisku yang juga mulai kugerakkan naik turun merasa seperti dipilin-pilin. . ohh benar-benar nikmat.. ditambah lagi dengan buah dadanya yang besar itu terasa betul nikmatnya tergencet oleh dadaku.. Tubuhku meindih tubuh sintal bu Eva yang tak berdaya terikat kaki dan tangannya di ranjang.. tanganku menyangga badanku dengan siku. Telapak tanganku kadang meremas buah dadanya, kadang mempermainkan bulu ketiaknya yang sudah basah oleh keringat itu.. 

kedua tubuh kami yang saling bergesekan itu terasa licin oleh keringat yang sudah bercampur dengan lendir dari vaginanya dan penisku..setiap tusukan penisku selalu diikuti oleh jeritan histerisnya. .”aahhh..aaahhh. .aahhh..” Tiba-tiba.. TUUUUUT terdengar suara telephon antar kamar yang terletak di dinding sebelah kiri piano berbunyi.. “Eva..Eva.. kamu di dalam ?” terdengan suara wanita di speaker telephone itu.. “my god !! Atika!!!!” suara bu Eva terdengar kaget seraya menghentikan goyang pinggulnya..” Eva .. are you in there?? Jawab doongg..” suara Atika kembali terdengar ..”Ayo cepat.. bukakan ikatannya.. I have to answer her.. kalo ngga dia bisa curiga.. o my god.. omy god..” bu Eva kedengaran mulai panik. “Oke hang on..” kataku tersenyum sambil melepaskan ikatan kakinya. Sementara itu penisku masih dengan tenang berbaring tegak di dalam vaginanya. Ketika kakinya terbebas, dengan refleks bu Eva merangkulkan kakinya ke pinggangku. 

Aku mulai kembali memompakan penisku keluar masuk keluar masuk dengan irama yang makin cepat.. sementara tanganku melepaskan ikatan tangannya. “Eva… is everything OK?? Jawab dong.” Kembali suara Atika terdengar…Begitu kedua tangannya terlepas, aku kembali menindih tubih sintal itu dan dengan cepat mencari bibirnya yang sedikit lebar dan seksi itu.Ketika bibirku bertemu dengan bibirnyya, tanpa membuang waktu kulumat sampai habis.. dan tanpa kusangka bu Eva segera memeluk leherku dan membalas ciumanku dengan sangat ganas.. kami saling mengulum lidah.. dan goyangan pinggulkupun ku percepat.. “Mmmmphh.. mmmmmmhhhh.. mmmhhh..” jeritnya sambil terus mengulum lidahku..”Eva. . aku seperti denger suara-suara jeritan kamu di dalam sana.. are you OK or its just me..” 

suara Atika mulai terdengar kawatir.. bu Eva melepaskan ciumannya dan meletakkan tangannya didadaku untuk menghentikan gerakanku seraya berkata..”please. .stop.. saya harus jawab Atika.. kalo ngga she will spoil the whole thing..” aku seperti kesetanan memegang kedua tangan perempuan itu dan ku lentangkan di tempat tidur “she can wait..” kataku sambil mempercepat hujaman penis besarku ke dalam vagina sempit dan becek guruku itu. Suara ranjang bercampur dengan kecipak vagina bu Eva dikombinasikan dengan jeritan-jeritannya sungguh membuat nafsuku naik ke kepala. Bibirku mencium dan menjilat kuping bu Eva sehingga ia menggelinjang kegelian.

“Evaa.. answer me..” suara Atika lagi-lagi terdengar
“AAAHHH.. AAAAHHH.. AAAAHHH..” bu Eva menjerit-jerit sambil tetap mengimbangi genjotan penisku. Kedua tubuh kami berguncang-guncang dengan cepat..
“Eva if you don’t answer..”
“AAAAHHH…faster. .faster… AAAAHHH…” pinggul kami bergoyang semakin cepat..
“if you don’t answer Eva..”
“OOHHHH YES.. YESSS…sebentar lagi saya mau..sebentar lagiihh..’ buah dadanya berguncang semakin cepat..
“I’ll call the police..!!”
Hening sejenak.

Kami berdua tertegun mendengar suara Atika. Goyangan pinggul kami tiba-tiba terhenti. Namun dengan cepat ku gendong tubuh bu Eva tanpa melepaskan penisku dari vaginanya. Kupegang kedul buah pantat bu Eva yang merangkulkan kedua kakinya di pinggangku dan kedua tanganku di bahuku.. kubopong tubuh sintal itu ke dekat telephone..”Eva…”"YESSSS Atika.. I’AM ALIVE !!!” bu Eva menjawab Atika dengan nada kesal..dan nafas yang tersengal sengal.. “kok lama banget sih ?? aku kan kawatir.. soalnya aku denger ada suara kamu menjerit-jerit. . 

cuma aku ngga yakin soalnya ruangan piano kan kedap suara..” sambil tetap dalam posisi menggendong , kucium buah dada bu Eva dan ku gigit putting susunya.. “NO.. NO.. auwhhh.. IT’S.. IT’s ONLY YOUR IMAGINATION. .aahhh..sss. .” “Eva are you OK? Is there somebodyelse with you ?” kusedot putting susu kirinya dan kuputar-putar pinggulku sehingga penis besarku mengocok-ngocok vaginanya “ouuhh.. cut it out will ya..” bisiknya manja di kupingku “YES, I AM OK ..TIKA.. AND I AM ALL ALONE.. AS USUAL.. GOOD NIGHT.. and have a nice sleep..AAAAHH. .” gagang telephone terjatuh ketika dengan ganas aku mulai mengangkat dan menurunkan pantat bu Eva sehingga vaginanya keluar masuk penisku. Tiba-tiba PYAAAARR.. ruangan menjadi terang benderang.. 

oh my god !! whats happening !! who is turning on the light ? Mataku berkunang-kunang karena tak terbiasa dengan terang.. semenit kemudian.. kulihat wajah bu Eva yang dibasahi oleh keringat tampak terpana melihat wajahku..tangannya masih memegang saklar lampu yang terletak tepat di sebelah telephone.. “Rafi.. ITS YOU ??.. oh my god ... ibu ngga nyangka kalo itu kamu.. oh my godd… Rafi… YOU’RE fishING ME !!! YOUR fishING YOUR OWN TEACHER !!” “Yeaah ” jawabku sambil mempercepat naik turunnya pantat bu Eva “and you like it right ??” “OUHHH.. DAN KAMU LUAR BIASA….AAAHH. .” bu Eva melingkarkan tangannya di leherku dan mulai menciumi bibirku. Mula-mula ia mencium-cium kecil kedua bibirku, kemudian ia mulai menggigit kecil bibir bawahku. Tiba-tiba dengan ganasnya ia menguak mulutku dengan kedua bibirnya dan seketika itu juga kurasakan lidahnya sudah menjilati langit-langit mulutku dan sesekali lidahku disedot oleh mulutnya yang lebar seksi itu. Sambil mencium dan mengulum lidahku bu Eva terus menerus menjerit dan merintih seiring dengan pergerakan pinggulku. 

Beberapa saat kemudian kurebahkan tubuh bu Eva kembali diatas ranjang. Kami berdua saling memandang penuh sayang sambil terengah-engah. Tubuh sintal bu Eva terlihat mengkilat oleh keringat yang bercucuran. Buah dadanya penuh dengan tanda merah bekas sedotanku. Kembali kami berciuman penuh gelora dan kasih sayang. Kaki bu Eva melingkari pinggangku dan tangannya memeluk erat leherku. Kupompakan kembali penisku dengan cepat.. “OOHH..RAFI HONEY..saya mau keluar..”"Yeah. . me too bu..me too.. ohhh..” pinggulku bergerak melingkar mengikuti goyangannya. Penisku mulai terasa berdenyut-denyut. . kami kembali berciuman dengan penuh nafsu.. kurasakan otot-otot bu Eva mulai mengejang.. “OOOH..HONEY. .HONEY.. I’M COMING.. I’M OMIIINGG..EMMMMMMHH HHHHH..” 

bu Eva mengangkat pinggulnya setinggi-tingginya. . tangannya memeluk leherku dengan keras.. dan mulutnya menyedot bibir dan lidahku dengan kuat.. ketika itu juga aku merasakan sesuatu yang melesat kuat dari batang penisku menuju ujungnya.. dan …”Aaaahhh..ibu. .ibu.. saya juga…aaahhh..” aku menggelepar- gelepar dan penisku memuncratkan maninya yang sangat banyak itu ke vagina bu Eva yang juga tengah mengeluarkan cairan orgasmenya.. kontraksi vaginanya terasa sangat luarbiasa memilin-milin penisku.. tubuh kami ambruk saling bertindihan dengan lemas.. tak terasa 1 jam lebih kami melakukan permainan ini.. kuangkat kepalaku dari sisi kepalanya. Kupandangi wajah cantik yang kini berwarna kemerahan karena letih.. aku tersenyum..”You are so beautiful bu..” kataku sambil mengecup keningnya.. dan ia mendekapku dengan mesra.. penuh kasih sayang.. dan .. “I love you honey..”bisiknya sambil mengecup bibirku dengan lembut.

Aku berguling ke samping dan berbaring di samping bu Eva sambil memandang langit-langit. . “bu.. menurut ibu, Atika curiga nggak?” tanyaku sambil memeluk tubuh bugil guruku..”Naah. . don’t worry about her.. saya akan cari alasan kenapa suara saya seperti sedang lari marathon waktu ngomong sama dia.. my goodness..” “so, whats your plan for tomorrow bu??” “my plan ? well .. let me see.. beli obat anti hamil.. dan.. jamu kuat.. untuk menandingi si ini nih..”katanya seraya meremas penisku dengan gemas. Remasannya itu ternyata seperti listrik bagi penisku. 

Mendadak ia membesar dan berdiri tegak hingga nyaris mencapai puserku. “my god.. barangmu sudah berdiri lagi Fi.. ” bu Eva bangkit dari tidurnya memandangnya dengan takjub seraya mengelus-elus penisku yang sudah mulai berdenyut-denyut menanti ronde berikut.. “and look at him..” sambungnya dengan nada kagum “I ‘ve never seen such a real big thing like this.. saya ngga percaya barusan benda ini ada di dalam vagina saya..” “ready for the second round bu ?” tanyaku sambil mulai menggerayangi buah dadanya.. “no honey.. this is too shocking for me..

I am a little bit tired.. lets save it for tomorrow okey ? and one more thing.. please call me mbak Eva, will ya..” aku tersenyum lebar “sounds more sexy to me…” dan kamipun berciuman dengan mesra sekali. END Cerita sex bergambar, cerita sex pemerkosaan 2016

» Read More...

Cerita Sex Nikmatnya Liang Vagina Mbak Maya Yang Sempit

Cerita sex, cerita dewasa, cerita seks bergambar, foto bugil, cerita pemerkosaan - Cerita mesum pertemuan dengan ibu-ibu montok wanita setengah baya dengan judul “ Cerita Sex Nikmatnya Liang Vagina Mbak Maya Yang Sempit ” yang tidak kalah serunya dan dijamin dapat meningkatkan libido seks, selamat menikmati. Pada suatu siang sekitar jam 12-an aku berada di sebuah toko buku di Gatot Subroto untuk membeli majalah edisi khusus, yang katanya sih edisi terbatas. Hari itu aku mengenakan kaos t-shirt putih dan celana katun abu-abu.

Cerita Sex Nikmatnya Liang Vagina Mbak Maya Yang Sempit

Cerita Sex, cerita seks bergambar, cerita pemerkosaan

Cerita sex - Sebenarnya potongan badanku sih biasa saja, tinggi 170 cm berat 63 kg, badan cukup tegap, rambut cepak. Wajahku biasa saja, bahkan cenderung terkesan sangar. Agak kotak, hidung biasa, tidak mancung dan tidak pesek, mataku agak kecil selalu menatap dengan tajam, alisku tebal dan jidatku cukup pas deh. Jadi tidak ada yang istimewa denganku.
Saat itu keadaan di toko buku tersebut tidak terlalu ramai, meskipun saat itu adalah jam makan siang, hanya ada sekitar 7-8 orang. Aku segera mendatangi rak bagian majalah. Nah, ketika aku hendak mengambil majalah tersebut ada tangan yang juga hendak mengambil majalah tersebut. Kami sempat saling merebut sesaat (sepersekian detik) dan kemudian saling melepaskan pegangan pada majalah tersebut hingga majalah tersebut jatuh ke lantai.
“Maaf..” kataku sambil memungut majalah tersebut dan memberikannya kepada orang tersebut yang ternyata adalah seorang wanita yang berumur sekitar 37 tahun (dan ternyata tebakanku salah, yang benar 36 tahun), berwajah bulat, bermata tajam (bahkan agak berani), tingginya sama denganku (memakai sepatu hak tinggi), dan dadanya cukup membusung. “Busyet! molek juga nih ibu-ibu”, pikirku.
“Nggak pa-pa kok, nyari majalah X juga yah.. saya sudah mencari ke mana-mana tapi nggak dapet”, katanya sambil tersenyum manis.
“Yah, edisi ini katanya sih terbatas Mbak..”
“Kamu suka juga fotografi yah?”
“Nggak kok, cuma buat koleksi aja kok..”
Lalu kami berbicara banyak tentang fotografi sampai akhirnya, “Mah, Mamah.. Ira sudah dapet komiknya, beli dua ya Mah”, potong seorang gadis cilik masih berseragam SD.
“Sudah dapet Ra.. oh ya maaf ya Dik, Mbak duluan”, katanya sambil menggandeng anaknya.
Ya sudah, nggak dapat majalah ya nggak pa-pa, aku lihat-lihat buku terbitan yang baru saja.
Sekitar setengah jam kemudian ada yang menegurku.
“Hi, asyik amat baca bukunya”, tegur suara wanita yang halus dan ternyata yang menegurku adalah wanita yang tadi pergi bersama anaknya. Rupanaya dia balik lagi, nggak bawa anaknya.
“Ada yang kelupaan Mbak?”
“Oh tidak.”
“Putrinya mana, Mbak?
“Les piano di daerah Tebet”
“Nggak dianter?
“Oh, supir yang nganter.”
Kemudian kami terlibat pembicaraan tentang fotografi, cukup lama kami berbicara sampai kaki ini pegal dan mulut pun jadi haus. Akhirnya Mbak yang bernama Maya tersebut mengajakku makan fast food di lantai bawah. Aku duduk di dekat jendela dan Mbak Maya duduk di sampingku. Harum parfum dan tubuhnnya membuatku konak. Dan aku merasa, semakin lama dia semakin mendekatkan badannya padaku, aku juga merasakan tubuhnya sangat hangat.
Busyet dah, lengan kananku selalu bergesekan dengan lengan kirinya, tidak keras dan kasar tapi sehalus mungkin. Kemudian, kutempelkan paha kananku pada paha kirinya, terus kunaik-turunkan tumitku sehingga pahaku menggesek-gesek dengan perlahan paha kirinya. Terlihat dia beberapa kali menelan ludah dan menggaruk-garukkan tangannya ke rambutnya. Wah dia udah kena nih, pikirku. Akhirnya dia mengajakku pergi meninggalkan restoran tersebut.
“Ke mana?” tanyaku.
“Terserah kamu saja”, balasnya mesra.
“Kamu tahu nggak tempat yang privat yang enak buat ngobrol”, kataku memberanikan diri, terus terang aja nih, maksudku sih motel.
“Aku tahu tempat yang privat dan enak buat ngobrol”, katanya sambil tersenyum.
Kami menggunakan taksi, dan di dalam taksi itu kami hanya berdiam diri lalu kuberanikan untuk meremas-remas jemarinya dan dia pun membalasnya dengan cukup hot. Sambil meremas-remas kutaruh tanganku di atas pahanya, dan kugesek-gesekkan. Hawa tubuh kami meningkat dengan tajam, aku tidak tahu apakah karena AC di taksi itu sangat buruk apa nafsu kami sudah sangat tinggi.
Kami tiba di sebuah motel di kawasan kota dan langsung memesan kamar standart. Kami masuk lift diantar oleh seorang room boy, dan di dalam lift tersebut aku memilih berdiri di belakang Mbak Maya yang berdiri sejajar dengan sang room boy.
Kugesek-gesekan dengan perlahan burungku ke pantat Mbak Maya, Mbak Maya pun memberi respon dengan menggoyang-goyangkan pantatnya berlawanan arah dengan gesekanku. Ketika room boy meninggalkan kami di kamar, langsung kepeluk Mbak Maya dari belakang, kuremas-remas dadanya yang membusung dan kucium tengkuknya.
“Mmhh.. kamu nakal sekali deh dari tadi.. hhm, aku sudah tidak tahan nih”, sambil dengan cepat dia membuka bajunya dan dilanjutkan dengan membuka roknya. Ketika tangannya mencari reitsleting roknya, masih sempat-sempatnya tangannya meremas batanganku.
Dia segera membalikkan tubuhnya, payudaranya yang berada di balik BH-nya telah membusung. “Buka dong bajumu”, pintanya dengan penuh kemesraan. Dengan cepat kutarik kaosku ke atas, dan celanaku ke bawah.
Dia sempat terbelalak ketika melihat batang kemaluanku yang sudah keluar dari CD-ku. Kepala batangku cuma 1/2 cm dari pusar. Aku sih tidak mau ambil pusing, segera kucium bibirnya yang tipis dan kulumat, segera terjadi pertempuran lidah yang cukup dahsyat sampai nafasku ngos-ngosan dibuatnya.
Sambil berciuman, kutarik kedua cup BH-nya ke atas (ini adalah cara paling gampang membuka BH, tidak perlu mencari kaitannya). Dan bleggh.., payudaranya sangat besar dan bulat, dengan puting yang kecil warnanya coklat dan terlihat urat-uratnya kebiruan. Tangan kananku segera memilin puting sebelah kiri dan tangan kiriku sibuk menurunkan CD-nya.
Ketika CD-nya sudah mendekati lutut segera kuaktifkan jempol kaki kananku untuk menurunkan CD yang menggantung dekat lututnya, dan bibirku terus turun melalui lehernya yang cukup jenjang. Nafas Mbak Maya semakin mendengus-dengus dan kedua tangannya meremas-remas buah pantatku dan kadang-kadang memencetnya.
Akhirnya mulutku sampai juga ke buah semangkanya. Gila, besar sekali.. ampun deh, kurasa BH-nya diimpor secara khusus kali. Kudorong tubuhnya secara perlahan hingga kami akhirnya saling menindih di atas kasur yang cukup empuk.
Segera kunikmati payudaranya dengan menggunakan tangan dan lidahku bergantian antara kiri dan kanan. Setelah cukup puas, aku segera menurunkan ciumanku semakin ke bawah, ketika ciumanku mencapai bagian iga, Mbak Maya menggeliat-geliat, saya tidak tahu apakah ini karena efek ciumanku atau kedua tanganku yang memilin-milin putingnya yang sudah keras.
Dan semakin ke bawah terlihat bulu kemaluannya yang tercukur rapi, dan wangi khas wanita yang sangat merangsang membuatku bergegas menuju liang senggamanya dan segera kujilat bagian atasnya beberapa kali.
Kulihat Mbak Maya segera menghentak-hentakkan pinggulnya ketika aku memainkan klitorisnya. Dan sekarang terlihat dengan jelas klitorisnya yang kecil. Dengan rakus kujilat dengan keras dan cepat.
Mbak Maya bergoyang (maju mundur) dengan cepat, jadi sasaran jilatanku nggak begitu tepat, segera kutekan pinggulnya. Kujilat lagi dengan cepat dan tepat, Mbak Maya ingin menggerak-gerakkan pinggulnya tapi tertahan. Tenaga pinggulnya luar biasa kuatnya. Aku berusaha menahan dengan sekuat tenaga dan erangan Mbak Maya yang tadinya sayup-sayup sekarang menjadi keras dan liar.
Dan kuhisap-hisap klitorisnya, dan aku merasa ada yang masuk ke dalam mulutku, segera kujepit diantara gigi atasku dan bibir bawahku dan segera kugerak-gerakkan bibir bawahku ke kiri dan ke kanan sambil menarik ke atas. Mbak Maya menjerit-jerit keras dan tubuhnya melenting tinggi, aku sudah tidak kuasa untuk menahan pinggulnya yang bergerak melenting ke atas.
Terasa liang kewanitaannya sangat basah oleh cairan kenikmatannya. Dan dengan segera kupersiapkan batanganku, kuarahkan ke liang senggamanya dan, “Slebb..” tidak masuk, hanya ujung batanganku saja yang menempel dan Mbak Maya merintih kesakitan.
“Pelan-pelan Ndi”, pintanya lemah.
“Ya deh Mbak”, dan kuulangi lagi, tidak masuk juga. Busyet nih cewek, sudah punya anak tapi masih kayak perawan begini. Segera kukorek cairan di dalam liang kewanitaannya untuk melumuri kepala kemaluanku, lalu perlahan-lahan tapi pasti kudorong lagi senjataku.
“Aarrghh.. pelan Ndi..” Busyet padahal baru kepalanya saja, sudah susah masuknya. Kutarik perlahan, dan kumasukan perlahan juga. Pada hitungan ketiga, kutancap agak keras. “Arrhhghh..” Mbak Maya menjerit, terlihat air matanya meleleh di sisi matanya.
“Kenapa Mbak, mau udahan dulu?” bisikku padda Mbak Maya setelah melihatnya kesakitan.
“Jangan Ndi, terus aja”, balasnya manja.
Kemudian kumainkan maju mundur dan pada hitungan ketiga kutancap dengan keras. Yah, bibir kemaluannya ikut masuk ke dalam. Wah sakit juga, habis sampai bulu kemaluannya ikut masuk, bayangkan aja, bulu kemaluan kan kasar, terus menempel di batanganku dan dijepit oleh bibir kewanitaan Mbak Maya yang ketat sekali.
Dengan usaha tiga hitungan tersebut, akhirnya mentok juga batanganku di dalam liang senggama Mbak Maya. Terus terang saja, usahaku ini sangat menguras tenaga, hal ini bisa dilihat dari keringatku yang mengalir sangat deras.
Setelah Mbak Maya tenang, segera senjataku kugerakkan maju mundur dengan perlahan dan Mbak Maya mulai menikmatinya. Mulai ikut bergoyang dan suaranya mulai ikut mengalun bersama genjotanku. Akhirnya liang kewanitaan Mbak Maya mulai terasa licin dan rasa sakit yang diakibatkan oleh kasar dan lebatnya bulu kemaluannya sedikit berkurang dan bagiku ini adalah sangat nikmat.
Baru sekitar 12 menitan menggenjot, tiba-tiba dia memelukku dengan kencang dan, “Auuwww..”, jeritannya sangat keras, dan beberapa detik kemudian dia melepaskan pelukannya dan terbaring lemas.
“Istirahat dulu Mbak”, tanyaku.
“Ya Ndi.. aku ingin istirahat, abis capek banget sich.. Tulang-tulang Mbak terasa mau lepas Ndi”, bisiknya dengan nada manja.
“Oke deh Mbak, kita lanjutkan nanti aja..”, balasku tak kalah mesranya.
“Ndi, kamu sering ya ginian sama wanita lain..”, pancing Mbak Maya.
“Ah nggak kok Mbak, baru kali ini”, jawabku berbohong.
“Tapi dari caramu tadi terlihat profesional Ndi, Kamu hebat Ndi.. Sungguh perkasa”, puji Mbak Maya.
“Mbak juga hebat, lubang surga Mbak sempit banget sich.., padahal kan Mbak udah punya anak”, balasku balik memuji.
“Ah kamu bisa aja, kalau itu sich rahasia dapur”, balasnya manja.
Kamipun tertawa berdua sambil berpelukan.
Tak terasa karena lelah, kami berdua tertidur pulas sambil berpelukan dan kami kaget saat terbangun, rupanya kami tertidur selama tiga jam. Kami pun melanjutkan permainan yang tertunda tadi. Kali ini permainan lebih buas dan liar, kami bercinta dengan bermacam-macam posisi.
Dan yang lebih menggembirakan lagi, pada permainan tahap kedua ini kami tidak menemui kesulitan yang berarti, karena selain kami sudah sama-sama berpengalaman, ternyata liang senggama Mbak Maya tidak sesempit yang pertama tadi, mungkin karena sudah ditembus oleh senjataku yang luar biasa ini sehingga kini lancarlah senjataku memasuki liang sorganya.
Tapi permainan ini tidak berlangsung lama karena Mbak Maya harus cepat-cepat pulang menemui anaknya yang sudah pulang dari les piano. Cerita Seks Bergambar, Cerita Sex Dewasa, Cerita Mesum Ngentot –

» Read More...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Cari Blog Ini